Iklan

SEO
Selasa, 22 Oktober 2019, 22.10.19 WIB
Last Updated 2022-06-12T15:49:12Z
Berita-TerkiniPolitik

Ning Lia: Pengganti Bu Risma Jangan Kagok Bekerja Untuk Warga Surabaya

Iklan
SurabayaPos.com - Sosok pengganti Walikota Surabaya Tri Rismaharini belum terlihat. Namun, dipastikan warga Kota Surabaya mendambakan pengganti Bu Risma, tidak jauh dengan kepribadian Tri Risma, yakni pekerja keras dan suka terjun langsung ke masyarakat. Setidaknya, itu yang disebut oleh Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia.  


“Kalau saya pribadi, yang jelas proses sosialisasi (pilwali) tetap berjalan. Semua harus positif mikirnya. Kalau seseorang yang sudah masuk bursa pilwali benar-benar ingin membangun Surabaya, maka seharusnya mikir bagaimana dia bisa diterima semua kalangan. Dan, apa yang mau dilakukannya kalau kemudian ditakdirkan sebagai walikota maupun wakil walikota, istilahnya jangan sampai kaghok bekerja untuk warga Surabaya. Harus bisa meneladani karakter kerja keras tokoh-tokoh hebat di Jatim ya, seperti Ibu Gubernur dan Ibu Walikota (Tri Rismaharani)," urai Ketua III STAI Taruna Surabaya ini.

Ning Lia menambahkan, jangan juga mikir sebagai elitis, karena menurutnya, orang asli Suroboyo suka karakter yang bekerja, bukan bossy. 

"Saya asli Arek Suroboyo, sudah bertahun-tahun pernah bekerja sebagai karyawati dan lainnya, jadi tahulah bagaimana pimpinan bisa disukai bawahan jika mereka peduli dan tidak magabut istilahnya, alias jangan sampai jadi pemimpin hanya makan gaji buta," ucapnya.

Lia yang ditemui setelah mengisi salah satu acara pekan Hari Santri Nasional di salah satu SMA, juga menyampaikan untuk siswa-siswi SMA. 

"Dengan Peringatan HSN,  siswa SMA jadi mengenal sejarah resolusi jihad.  Bahwa resolusi jihad adalah 5 butir yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy'ari, salah satu pendiri NU pada santri Nahdliyin 22 Oktober 1945. Saat itu, fatwa resolusi jihad disampaikan di kantor PBNU (sekarang kantor PCNU Surabaya) Jalan Bubutan 6 nomer 2," terang Lia.

Lanjut Lia, kantor PBNU sebelumnya di Jalan Kawatan 5 yang sekarang menjadi SD Halimah. Konon ceritanya saat itu santri-santri digembleng oleh para kiai. Para guru dan mereka para santri, bahkan kebal terhadap bacokan. Mengapa begitu? Karena mereka setidaknya memiliki tiga hal. Yaitu doa dari para kiai dan guru, keyakinan jihad hubbul wathon minal iman dan tawadhu' yang sangat besar pada pendidik mereka. 

"Nah, sikap tawadhu ini yang seharusnya dimiliki siswa sekarang. Hargai hormati dan santunlah pada guru kalian, pada ortu kalian dengan begitu, insya Allah kelak kalian juga akan dihargai oleh orang lain," pungkasnya.(tji)
DomaiNesia