Iklan
(Hamdani Andrianto, wartawan dari media online exsposeindonesia.com, foto: dok. KJJT) |
Kejadian itu menimpa Hamdani Andrianto, seorang wartawan dari media online exsposeindonesia.com yang berasal dari Gresik.
Hamdani mengaku, perlakuan itu ia terima saat melakukan peliputan di kawasan keluar masuk kendaraan pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM), milik PT Indo Waru Forsa. Bahkan, ia ditodong senjata api oleh orang yang mengaku anggota TNI.
"Kejadiannya Kamis, 11 Mei 2023, sekitar pukul 15.30 WIB," kata Hamdani, kepada Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT), Jumat (19/05/2023) kemarin.
Hamdani menceritakan, sebelumnya ia mendapat informasi jika tempat pergudangan BBM yang pernah digerebek oleh Polda Jatim pada beberapa waktu lalu, sedang melakukan aktivitas tak biasa.
Namun, kata dia, saat mendatangi pergudangan di Kawasan Industri Kencana Trosobo, Krian Sidoarjo tersebut, Hamdani didatangi oleh sejumlah orang tak dikenalnya, karena telah mendokumentasi berupa foto dan video terkait aktivitas di kawasasan tersebut.
"Tiba-tiba saya dipegangi orang banyak, kemudian tas saya digeledah, saya diarak dan ditarik-tarik untuk disuruh melepas pakaian," aku Hamdani.
Selanjutnya, tas Hamdani secara brutal digeledah, id card persnya juga difoto, dan ia diminta untuk menghapus semua foto-foto tersebut secara paksa, namun dia menolak.
"Ada kurang lebih 6-7 orang yang saat itu disaksikan pihak keamanan atau security setempat, kemudian ada orang yang berpenampilan tegap dan berambut cepak mendatangi saya. Usai mengambil senjata (api) dari mobilnya langsung menodongkan ke kepala saya," terang dia.
Pria berbadan tegap yang telah menodongkan senjata sambil mengancam akan mencari dan mengejar jika terjadi apa-apa di kerjaannya itu, tentu akan membuat Hamdani atau siapa pun merasa takut.
"Foto dan alamat rumahmu sudah saya ketahui, jika terjadi apa-apa tempat kerjaan saya, kamu saya kejar," ucapnya, meniru ucapan oknum yang mengaku anggota TNI.
Dani sapaan akrabnya, tak berkutik ketika mendengar dan mengalaminya langsung. Rasa takut yang besar itu terus menghantuinya, bahkan beberapa hari ia terdiam di rumah untuk menenangkan hati dan pikirannya saat itu.
Setelah semua membaik, ia berinisiatif untuk berkoordinasi dengan pihak TNI, untuk mencari kebenaran apakah seseorang yang telah menodongkan senjata api di kepalanya waktu itu adalah anggota.
"Ini saya juga berkoordinasi pihak TNI, dengan tujuan untuk memastikan apakah benar yang bersangkutan adalah TNI," ucapnya, tanpa menyebut dari satuan mana TNI yang diajak berkoordinasi.
Usai mendengar dengan saksama cerita Dani, Ketua Umum Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT), Ade S Maulana merasa prihatin atas kejadian itu. Menurut dia, masih ada saja cara lama yang dipakai oleh oknum-oknum untuk melindungi bisnis ilegal.
"Aksi koboi orang yang menodong senjata ke rekan jurnalis kita Hamdani Andrianto itu tergolong keji. Krian Sidoarjo sedang tidak baik-baik saja. Para pengusaha menggunakan jasa aksi para preman yang mengaku sebagai anggota itu kerap terjadi," ujar Ade.
Tidak hanya itu, Dani juga menunjukkan rekaman suara saat kejadian dirinya diperlakukan tidak manusiawi. Kata Ade, dari rekaman tersebut terdengar suara para preman sedang marah dengan nada keras, karena mengabadikan foto area kawasan gudang BBM.
"Lebih parahnya sebelum ditodongkan senjata ke kepala rekan jurnalis, Hamdani dipaksa buka baju dan membuka isi tas karena dicurigai bawa kamera tersembunyi," terang Ade.
Menurut data yang dikantongi Ade, sebelumnya para pelaku usaha tersebut telah ditangkap polisi pada awal tahun ini. Namun, kata dia, hal tersebut tak mampu membuat jera, bahkan dinilai lihai melanjutkan bisnis tanpa ada rasa takut akan tertangkap kembali.
"Di Jawa Timur terdata oleh KJJT, surganya tempat-tempat penimbun BBM ilegal. Mereka merampok diam-diam dengan cara membeli BBM yang bersubsidi untuk dijual kepada pabrik-pabrik," katanya.
"Terpantau oleh rekan-rekan di lapangan, pelaku usaha itu menggunakan truk modifikasi dan kongkalikong dengan pihak SPBU," sambungnya.
Oleh karena itu, Ade menyampaikan pesan kepada pelaku aksi koboi itu, jika apa yang telah dilakukan kepada rekan seprofesinya itu, cepat atau lambat akan memetik buahnya.
"Jurnalis sudah terbiasa terancam, terpenjara, terbunuh, namun hal itu tidak membuat surut profesi ini untuk siap kapan saja, menyajikan suatu berita kepada masyarakat," ungkap Ade.
Selanjutnya, KJJT akan segera berkoordinasi dengan para pihak terkait, dan meminta kepada Kapolda Jatim untuk meninjau kembali kasus-kasus BBM ilegal yang pernah tertangkap, serta tempat-tempat yang menjadi sarang penimbun BBM ilegal di Jatim, yang saat ini dinilai telah tumbuh subur.
"Meski pernah tertangkap, mereka tetap melakukan aksinya kembali tanpa ada rasa takut dengan pihak kepolisian," bebernya.
Pihaknya juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk menangkap dan mengusut pelaku aksi koboi, di gudang penimbun BBM di Kawasan Industri Kenaca Trosobo, Krian, Sidoarjo.
"Untuk rekan-rekan jurnalis, jika terjadi aksi premanisme atau tempat-tempat yang disinyalir penimbun BBM ilegal, segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat," pungkas Ade.
Source : Divisi Humas KJJT